Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Aksi Kebaikan Tak Terduga

Salah seorang biksu sahabat saya, Ajahn Sumedho , pernah menceritakan kepada saya bahwa suatu pagi ketika ia melihat ke luar jendela, di jalan kota Inggris yang kelabu dan dirundung hujan rintik-rintik, Ia melihat seorang gelandangan yang duduk meringkuk di depan pintu sebuah rumah. Para gelandangan pada zaman itu biasanya menjaga kehangatan tubuh dengan menenggak minuman keras murahan, yang kadang semacam minuman oplosan bermutu sangat rendah, yang bisa membahayakan kesehatan dan membunuh mereka. Saya sangat ingat gelandangan ini sejak saya muda, dan bau mereka begitu busuk karena jarang mandi dan bau alkohol mereka begitu buruknya hingga menempel pada kita. Nah, Ajahn Sumedho melihat gelandangan ini meringkuk di depan pintu, berupaya menghindari hujan dan dingin. Kemudian dari arah lain datang seorang pria parlente Inggris, berpakaian seperti pengusaha, memakai topi, jas yang bagus dan rapih, serta memegang payung. Persis seperti stereotip pria Inggris zaman dahulu ketika hendak ...

Critical Eleven

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat-tiga menit setelah take off  dan delapan menit sebelum landing - karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger . In a away, it's kinda the same with meeting people, Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah-delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah menjadi perpisahan. -Critical Eleven, Ika Natassa-

Deep Understanding

Salah satu teka-teki yang masih saya ingin tahu jawabannya sepanjang 25 tahun lebih menjadi pendidik adalah mengapa anak-anak kita kesulitan mengungkapkan isi pikirannya. Maksud saya, kalau diberi pertanyaan, kok jawabannya pendek sekali dan ingin cepat-cepat selesai. Selain tidak argumentatif, terasa miskin dalam konsep. Di Harvard, Michael Porter, guru besar ilmu manajemen terkemuka yang menularkan metode pengajaran partisipatif, pernah memberi tahu resepnya. "Ajukan cold call, tunjuk seseorang secara mendadak, lalu gali perlahan-lahan. Mereka mungking kurang siap, tetapi buatlah sebersahabat mungkin agar mereka nyaman berbicara". Saya pun menerapkannya dan ternyata hanya berhasil pada tingkat pendidikan S-2 dan S-3. Pada tingkat S-1, saya butuh waktu banyak sekali untuk menggali dan mengeluarkan isi pikiran mahasiswa saya. Kalau dikejar lebih jauh, mereka menjawab seragam: " Ya, Gitu deh!". Kalau sudah mentok, keluarlah jargon asyiknya:" Au ah, gelaap....

Gara-gara lubang di jubah

Ada kisah mengenai biksuni yang tinggal di Sri Langka. Ia adalah biarawati yang sangat bajik, tinggal di gua, sangat sederhana, dan tiap pagi pergi menerima derma makanan. Ia nyaris tak punya apa-apa. Suatu pagi, ia bangun pagi dan melihat seekor tikus telah menggigit dan melubangi jubahnya. Maka ia berpikir, "Aku akan meminta kain rombeng dan benang untuk menambal lubang ini". Jadi ketika ia menerima derma makanan, ia meminta kepada seorang penyantunnya,"Bolehkah saya meminta secarik kain rombeng dan benang untuk menambal lubang di jubah saya? Tikus menggigitnya hingga berlubang". Ia menambal lubang itu, namun tikus terus melubangi jubahnya. Maka biksuni ini berpikir, "Buang-buang waktu saja selalu meminta benang dan rombeng untuk menambal jubahku. Aku tahu apa yang benar-benar kubutuhkan: Kucing! Kucing bisa mengusir semua tikus itu. Kucing tidak akan memakan tikus, yah.. kadang makan juga sih, tapi itu kan salah mereka". Jadi kali berikutnya ia me...

Dear God

Why do we wake up if we are to sleep? Why do we live if we are to die? Why do we meet if we are to say goodbye? Semetimes I dont get it. Most of the times I dont like it. But I know, this all teaches us something. That time doesn't rewind. And that humans will never everlastingly win. When we understand that, we then realise that nothing is more impotant than enjoying our days and make the people around us happy. So when time may no longer exist, people will remember us. And they smile when they do so. As beautiful memories -#88 love life, Diana Rikasari-

Mendengarkan

Siapa yang hendak Anda masukkan dalam daftar orang-orang yang paling berpengaruh di Amerika Serikat? Pasti presiden akan masuk dalam daftar itu. Anda dapat memberi alasan mengapa Bill Gates harus masuk dalam daftar itu. Sekarang saya ingin Anda menambahkan satu nama yang mungkin belum Anda pertimbangkan: Oprah Winfrey. Pada tahun 1985, Winfrey sama sekali tidak terkenal. Kesuksesan yang ia capai dapat dikaitkan dengan kefasihannya berbicara, tetapi Winfrey juga lebih suka mendengarkan. Ia seorang yang sangat suka belajar, dan kemampuannya untuk mendengarkan dimulai ketika ia menyerap kebijaksanaan para penulis. Ia melahap banyak buku fiksi dan biografi, belajar tentang bagaimana orang lain merasa dan berpikir--- dan  didalam proses itu ia juga belajar tentang dirinya sendiri. Kecenderungan mendengarkan ini menguntungkan dirinya dalam setiap akses perjalanan kariernya. Penerapannya jelas sekali dalam pertunjukkan televisinya. Ia terus-menerus mengamati dan mendengarkan untuk men...

Berita Kanker

Ada seorang pengusaha pergi menjalani pemeriksaan kesehatan. Beberapa hari kemudian, ia mendapat telpon dari doketernya di rumah. Hal pertama yang dokternya bilang adalah,"Apa istri Anda ada dirumah?". Dari nada suaranya , pengusaha ini tahu ada sesuatu yang sangat genting, "Apa ada masalah?" tanyanya. Dokter itu mengatakan, "Saya menyesal harus menyampaikan ini, tapi hasil pemeriksaan Anda dari lab patologi sudah keluar. Anda mengidap kanker ganas. Sungguh langka, tapi kasusnya sudah begitu parah. Saya beritahu Anda langsung saja: tak ada lagi yang bisa kami perbuat". Ia berkata,"Berapa lama lagi?" Dokter itu menjawab, "Kami tak bisa mengatakan dengan pasti dalam kasus seperti ini. Bisa saja dua bulan, bisa saja tiga bulan. Tapi tak akan sampai enam bulan. Mulailah bereskan urusan Anda". Berita ini seperti petir di siang bolong bagi pengusaha ini, Ia merasa benar-benar bugar, tidak ada tanda-tanda sama sekali kanker akan terjad...

Being a Child

And when there are things you don't understand, or don't know how they work, as a child you're quick to ask "how?" You don't pretend you know something that you don't, and you're not ashamed of your ignorance because you know that in order not to be ignorant, the only thing you need to do is ask. Because only by asking will you find the answer. As we grew up however, something happens. We lose all of these childish capacities for wonder and to be in awe. Instead we become adults that are full of opinions and beliefs, that are not really willing to ask questions because we think we know all the answers, and that are quick to judge other people, especially those who don't share our beliefs and interests. The adults world is one of cynicism, assumption and judgement. It is a monochromic existence whereas the child's is one of the brightest of colours. -Simple Life: Desi Anwar-

Perangkap Tikus (2)

Maka petani itu mengambil ayam, memotong kepalanya, membuluinya, dan merebusnya menjadi sup untuk istrinya. Si ayam kehilangan nyawanya. Istri petani tak kunjung sembuh. Sanak saudara berdatangan untuk memastikan apakah istri petani itu baik-baik saja. Karena banyak tamu berkunjung, petani tidak tahu harus menyediakan makanan dari mana buat mereka. Jadi ia menangkap si babi, menjagalnya, lalu menyajikan sosis dan ham untuk tamu-tamunya. Si babi pun kehilangan nyawanya. Sekalipun telah melakukan segala upaya, istri petani malang itu meninggal jua. Karena ia meninggal-Anda tahu betapa mahalnya upacara pemakaman, maka petani harus memotong sapi dan menjual dagingnya untuk membayar biaya upacara. Jadi pada akhirnya, si ayam mati, si babi kehilangan nyawa, dan si sapi dijagal.., semua ini karena perangkap tikus. Jadi, itu bukan hanya masalah si tikus, tapi masalah semuanya. Kita sering berpikir, "Ini tidak akan memengaruhiku, tak ada urusannya denganku. Ini masalah orang lain....

Perangkap Tikus

Suatu ketika, ada seekor tikus yang hidup di rumah seorang petani. Ia adalah seekor tikus kecil yang bahagia, sebab ia mendapat cukup banyak makanan. Sungguh bagus punya tikus di rumah, karena itu artinya kita tidak memerlukan penyedot debu. Biar si tikus saja yang memunguti remah-remah kecil dan mungil. Masalahnya, petani pemiliki rumah tak pernah menyukai tikus itu. Suatu hari, ketika si tikus mengintip melalui retakan di tembok, ia melihat petani itu tengah membuka sebuah bungkusan. Saat ia melihat benda dalam bungkusan itu, ia ketakutan. Petani itu ternyata membeli sebuah perangkap tikus. Begitu gegernya tikus itu sampai-sampai ia langsung menemui sahabatnya, si ayam, dan berseru. "Pak Tani beli perangkap tikus! ini mengerikan! ini bencana!" Namun si ayam malah berkata,"Bukan masalahku. Tak ada hubungannya denganku. Itu urusanmu, tikus! Pergi sana!". Tikus itu tidak mendapat simpati dari ayam, jadi ia pergi menemui sahabatnya yang lain, tuan babi. "...