Review acara Hijrah Fest 2019
Subuh itu langit cerah dan terang bulan. Wangi angin semerbak khas aroma bulan Ramadhan. Saat para jamaah baru selesai shalat qiyamul lail lantas sibuk mencari makanan untuk sahur di pelataran yang sudah disediakan oleh panitia untuk tempat menjual makan dan minum.
"Assalamu'alaikum." Seseorang menegur sambil menepukkan tangannya dibahu saya. Sambil tersenyum dia tawarkan sejenis makanan ringan untuk menambah aneka makanan sahur. Saling melemparkan pertanyaan ringan kami selesaikan sahur kami saat itu dengan senyuman. Begitupun orang selanjutnya dan selanjutnya. Membuat saya menyimpulkan, walau siapapun datang sendiri pada acara tersebut, nyatanya mereka tidak akan merasa kesepian karena ada teman sesama muslim yang saling menyapa.
Khidmat
Acara yang diprakarsai Arie Untung (Artis Hijrah) ini memang sengaja dibuat fun namun khidmat. Selain ada bazar untuk pelaku usaha umkm dan berbagai jenis usaha lainnya, Hall A&B Jakarta Convention Center pun diubah menjadi tempat ibadah yang sangat nyaman.
Setiap peserta diwajibkan membuka alas kaki saat memasuki Hall JCC dan wajib menjaga wudhu selama berada dalam lingkungan Hijrah Fest. Panitiapun menyediakan beberapa tempat khusus untuk berwudhu sebelum peserta memasuki arena Hall.
Di buka oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
Satu kabar gembira bagi para peserta Hijrah Fest tahun ini yaitu acara ini kini telah menjadi perhatian dari pemerintah bahkan telah ditetapkan sebagai acara rutin tahunan layaknya Jakarta Fair. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sendiri yang mengatakan hal tersebut sembari membuka acara dengan khidmat.
Dihadapan jutaan peserta yang mayoritas anak muda, Anies Baswedan berharap acara Hijrah Fest menjadi pendorong rasa damai di Indonesia. Sekaligus Anies ingin menyampaikan bahwa Jakarta pada saat itu telah dinyatakan aman, karna sebelumnya Jakarta memang tengah mengalami kerusuhan pasca Pilpres.
Momentum yang pas untuk berhijrah
Arie Untung sebagai ketua pelaksana berharap acara Hijrah Fest menjadi saat yang tepat bagi siapapun untuk berubah menjadi diri yang lebih baik lagi kedepannya. Hal ini terbukti dengan hadirnya beberapa tempat khusus yang disediakan panitia bagi para peserta yang ingin memulai hijrahnya dari titik nol, seperti tempat yang menyediakan penghapus tatto.
Pada acara tersebut juga diperlihatkan seseorang yang baru mengucapkan syahadatnya untuk pertama kali dan memulai masa hijrahnya pada hari itu juga.
Munculnya beberapa Ustad yang sedang naik daun
Tentu yang menjadi magnet acara ini adalah kehadiran dari beberapa ustad yang saat ini sedang gandrung diikuti oleh para jamaahnya seperti sebut saja Ust Handy Bonny, Ust Wijayanto, Ust Buya Yahya, Muzammil Hasballah, Ust Salim A Fillah, Ust Yusuf Mansur, Ust Oemar Mita, Ust felix Siauw, Ust Bendri Jaysurrahman, Ust, Abdul Somad, Ust Adi Hidayat dll.
Ust muda dari Bandung Handy Bonny merupakan salah satu favorit anak muda, karna pembawaannya yang lembut dan mampu mengajak anak muda untuk berhijrah dengan bahasa yang kekinian.
Lautan air mata
Momen apalagi yang paling ditunggu dari sebuah acara kajian kalau bukan pada saat muhasabah. Hall A dan B JCC seakan disulap sebagai lautan air mata karna tangisan para peserta. Seakan ingin mengeluarkan kegundahannya selama ini dengan air mata.
Para peserta memang seakan disengaja merasakan perasaan yang menyayat hati melalui ceramah dan video yang disediakan panitia. Hal itu nampaknya bertujuan agar para peserta memiliki perasaan yang lembut.
Ceramah Favorit
Kalau boleh saya memilih ceramah favorit dalam acara ini dari sekian banyak ust yang tampil, mungkin saya akan memilih ceramahnya ust Abu Bassam Oemar Mita dan penampilan ayah Erwin raja beserta anak kembarnya. Dalam ceramahnya ust Oemar mita memberikan motivasi kepada para peserta yang baru memulai berpindah kepada kehidupan yang lebih baik (read; Hijrah) agar tidak malu untuk berdakwah. Asalkan porsinya pas dan tidak berlebihan, maka para peserta diwajibkan untuk berdakwah. Pun hanya berdakwah dengan meneruskan konten-konten positif kepada orang lain.
Sementara itu ayah Erwin adalah seorang ayah yang dinilai sukses mendidik anaknya yang masih belia untuk mampu menghafal Al-quran. Ayah Erwin mampu membimbing anak kembarnya untuk mampu menghafal dengan kedisiplinan. Dalam acara talkshow bersama ayah Erwin dan kembar Al juga dihadiri oleh ust Bendri Jaysurrahman.
Dengan pembawaannya yang kocak dan tidak membosankan, ust Bendri mengatakan bahwa peran ibu sebagai madrasah pertamanya anak memang memiliki peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak, namun peran bapak sebagai kepala keluarga juga memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya. Kalau ibu diibaratkan madrasah, maka bapak diibaratkan kepala sekolahnya. Sehingga ust Bendri menyerukan kepada para bapak untuk tidak hanya menjadi seorang bapak biologis bagi sang anak, tapi juga harus mampu menjadi bapak ideologi bagi anaknya. Beliau mengatakan kerusakan yang terjadi pada anak-anak bermasalah, rata-rata disebabkan karna kurang harmonisnya hubungan antara sang anak dan bapaknya.
Yang saya kurang suka
Tentu sehebat acara manapun pasti memiliki kekurangannya. Dari sekian banyak acara yang bermanfaat dalam acara ini, mungkin yang perlu sedikit diperbaiki adalah sistim pertiketannya.
Panitia seakan terlalu memaksakan tiket acara laku terjual sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan banyaknya peserta yang masuk ke Hall A & B JCC senayan. Memang, dalam jumlah yang saya taksir sekitar sejutaan orang itu para peserta masih mampu masuk kedalam Hall, namun apabila masuk waktu shalat dengan jumlah orang sebanyak itu kondisinya menjadi kurang nyaman.
Dalam sebuah penampilan drama musical, Dewi Sandra dan teman-teman tuli seakan ingin menunjukkan kesulitan teman-teman tuli dalam beribadah dan belajar Islam karna keterbatasannya dalam mendengar. Dikutip dalam percakapkan antara Liam (seorang anak tuli) dan Dewi Sandra yaitu "Liam kamu tidak bisa mendengar tidak apa, tetapi kamu bisa merasakan Allah melalui isyarat."
Tentu orang yang sangat pantas diberikan apresiasi adalah Ari Untung seorang artis hijrah yang memprakarsai acara ini dari tahun ketahun. Dengan sikapnya yang ramah dan humoris, nyatanya Ari Untung juga dikagumi oleh para ustad yang hadir. Bahkan acara HIjrah fest ini sudah ditiru diberbagai daerah dengan menggunakan konsep yang sama, namun dengan nama yang berbeda. Siapa sangka inisiatif seorang Ari Untung mampu menggerakkan kepedulian banyak pihak.
#reviewacara #kontenbaik #hijrahfest
Salam bertumbuh
Hijrah fest via Instagram |
"Assalamu'alaikum." Seseorang menegur sambil menepukkan tangannya dibahu saya. Sambil tersenyum dia tawarkan sejenis makanan ringan untuk menambah aneka makanan sahur. Saling melemparkan pertanyaan ringan kami selesaikan sahur kami saat itu dengan senyuman. Begitupun orang selanjutnya dan selanjutnya. Membuat saya menyimpulkan, walau siapapun datang sendiri pada acara tersebut, nyatanya mereka tidak akan merasa kesepian karena ada teman sesama muslim yang saling menyapa.
Khidmat
Khidmat dalam beribadah via Instagram |
Area wudhu via Instagram |
Di buka oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
Satu kabar gembira bagi para peserta Hijrah Fest tahun ini yaitu acara ini kini telah menjadi perhatian dari pemerintah bahkan telah ditetapkan sebagai acara rutin tahunan layaknya Jakarta Fair. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sendiri yang mengatakan hal tersebut sembari membuka acara dengan khidmat.
Foto bersama Gubernur via Instagram |
Momentum yang pas untuk berhijrah
Arie Untung sebagai ketua pelaksana berharap acara Hijrah Fest menjadi saat yang tepat bagi siapapun untuk berubah menjadi diri yang lebih baik lagi kedepannya. Hal ini terbukti dengan hadirnya beberapa tempat khusus yang disediakan panitia bagi para peserta yang ingin memulai hijrahnya dari titik nol, seperti tempat yang menyediakan penghapus tatto.
Hapus tatto via Instagram |
Munculnya beberapa Ustad yang sedang naik daun
Tentu yang menjadi magnet acara ini adalah kehadiran dari beberapa ustad yang saat ini sedang gandrung diikuti oleh para jamaahnya seperti sebut saja Ust Handy Bonny, Ust Wijayanto, Ust Buya Yahya, Muzammil Hasballah, Ust Salim A Fillah, Ust Yusuf Mansur, Ust Oemar Mita, Ust felix Siauw, Ust Bendri Jaysurrahman, Ust, Abdul Somad, Ust Adi Hidayat dll.
ust Handy Bonny via Instagram |
Lautan air mata
Momen apalagi yang paling ditunggu dari sebuah acara kajian kalau bukan pada saat muhasabah. Hall A dan B JCC seakan disulap sebagai lautan air mata karna tangisan para peserta. Seakan ingin mengeluarkan kegundahannya selama ini dengan air mata.
Tangisan jamaah via Instagram |
Para peserta memang seakan disengaja merasakan perasaan yang menyayat hati melalui ceramah dan video yang disediakan panitia. Hal itu nampaknya bertujuan agar para peserta memiliki perasaan yang lembut.
Ceramah Favorit
Kalau boleh saya memilih ceramah favorit dalam acara ini dari sekian banyak ust yang tampil, mungkin saya akan memilih ceramahnya ust Abu Bassam Oemar Mita dan penampilan ayah Erwin raja beserta anak kembarnya. Dalam ceramahnya ust Oemar mita memberikan motivasi kepada para peserta yang baru memulai berpindah kepada kehidupan yang lebih baik (read; Hijrah) agar tidak malu untuk berdakwah. Asalkan porsinya pas dan tidak berlebihan, maka para peserta diwajibkan untuk berdakwah. Pun hanya berdakwah dengan meneruskan konten-konten positif kepada orang lain.
Oemar mita via Instagram |
Sementara itu ayah Erwin adalah seorang ayah yang dinilai sukses mendidik anaknya yang masih belia untuk mampu menghafal Al-quran. Ayah Erwin mampu membimbing anak kembarnya untuk mampu menghafal dengan kedisiplinan. Dalam acara talkshow bersama ayah Erwin dan kembar Al juga dihadiri oleh ust Bendri Jaysurrahman.
Bapak ideologis bagi anak via Instagram |
Yang saya kurang suka
Tentu sehebat acara manapun pasti memiliki kekurangannya. Dari sekian banyak acara yang bermanfaat dalam acara ini, mungkin yang perlu sedikit diperbaiki adalah sistim pertiketannya.
Antri tiket via Instagram |
Kemudian satu hal lain yang saya kurang suka adalah saat acara sebagus ini ditukangi oleh oknum yang bermuatan politis. Seperti pada saat Sandiaga Uno yang tiba-tiba hadir pada hari ke-3 acara ini. FYI beliau tidak dijdwalkan untuk hadir, kedatangan beliau murni karna mengisi waktu luang. Suasana yang tadinya tentram dengan keislaman, tiba-tiba berubah sedikit tidak karuan dengan teriakan beberapa peserta menyebut salah satu paslon saat pilpres lalu dimana bang Sandi (read: Sandiaga Uno) berada sebagai cawapresnya. Memang dalam konteks beliau sebagai pembina acara ini beliau bisa datang kapan saja, namun dalam kondisi pilpres yang masih belum usai, kehadiran beliau ditempat itu jelas akan memantikkan lagi semangat para pendukungnya. Dengan segala hormat tanpa merendahkan pendukung paslon manapun, namun menurut saya acara seperti ini seharusnya netral dari politik. Kekhawatiran saya bahwa acara yang dihadiri oleh jutaan anak muda ini dapat diklaim oleh beberapa pihak sebagai dukungan terhadap pihak tersebut. Hal tsb sama sekali tidak pantas karna sesungguhnya yang hadir pada acara tersebut murni datang dari latar belakang yang berbeda. Tujuannya hanyalah ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Semoga ini dapat menjadi masukkan bagi panitia di tahun depan.
Penampilan terbaik
Yang paling menarik dari beberapa penampilan yang ditunjukkan dalam panggung hijrah fest menurut saya adalah ketika Dewi Sandra hadir persis saat Sandiaga Uno selesai berpidato. Dewi Sandra tampil bersama teman-teman tulinya.
Dewi sandra via Instagram |
Adapun percakapan seorang muslim tuli yang gamang dengan nasibnya seperti saat ia berucap "Ketika di akhirat nanti manusia akan ditanya oleh malaikat tentang 3 hal. Sedangkan kami tidak bisa mendengar dan berbicara, apakah malaikat mengerti bahasa isyarat?"
Penampilan mereka sungguh menyayat hati, membuat kami para peserta merasa jelas kurang bersyukur dengan keadaan kami yang seperti ini. Saya pribadi tercengang ketika mendengar kesaksian seorang ibu pendamping teman-teman tuli yang bercerita betapa sulitnya mereka memahami ceramah seorang ustad ketika berceramah di masjid. Pernah suatu ketika salah seorang diantara teman tuli ini meminta bantuan kepada jamaah disampingnya untuk mengetikkan apa sesungguhnya yang dikatakan seorang ustad saat berceramah. Bukannya dibantu, mereka malah diusir karna dirasa mengganggu. Begitupun kesulitan mereka dalam belajar membaca Al-Qur'an, karna keterbatasan orang yang mampu mengajarkan mereka membaca Al Qur'an dengan bahasa isyarat.
Applause untuk Ari Untung
Biarpun terdapat berbagai keurangan, namun acara ini secara keseluruhan layak dibilang sukses. Acara ini mampu membuat suasana batin yang indah, sehingga membuat berhijrah menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Arie untung via Instagram |
Salam bertumbuh
Komentar
Posting Komentar