Langsung ke konten utama

Belajar Kerjasama Dari Bemain Sepak Bola

Pada suatu pagi yg cerah, di sebuah lapangan sepak bola ada sekelompok anak laki-laki yg bersiap untuk bermain sepak bola. Masing-masing dari mereka memutuskan untuk membawa beberapa perlengkapan untuk bermain.

Ada yg datang membawa bola, ada yg membawa sarung tangan kiper, ada yg membawa peluit, tiang gawang dan lain-lain.

Sebelum permainan dimulai, semuanya berkumpul di lapangan dan mulai memilih tim. Namun terjadi perdebatan tentang siapa yg akan memilih anggota tim.

Kemudian mereka memutuskan bahwa orang yg telah membawa benda paling pentinng untuk bermain bisa memilih anggota tim.

Namun, mereka tidak dapat memutuskannya.

Kemudian mereka mencoba untuk mulai bermain dengan semua peralatan yg mereka bawa. Dan satu demi satu mereka mulai mencoba dan akhirnya melihat mana yg paling penting untuk dimainkan.

Permainan dilmulai, hal pertama yg mereka singkirkan adalah peluit, karena mereka berpikir wasit  bisa berteriak tanpa menggunakan peluit.

Kemudian penjaga gawang melepas sarung tangannya dan mulai bermain dengan tangan kosong.

Kemudian mereka  mengganti tiang gawang dengan beberapa tempat sampah di setiap sisi.

Dan akhirnya, mereka mengganti bola dengan kaleng bekas.

Sementara mereka bermain, di pinggir lapangan ada seorang ayah dan putranya yg menonton mereka bermain. Sang Ayah berkata kepada putranya.

"Nak, lihatlah anak-anak lelaki itu, dan belajarlah dari mereka. Tanpa sepak bola, mereka masih bisa bermain, meskipun permainan mereka apa adanya tanpa peralatan yg memadai."

Salah satu pemain tidak sengaja mendengar percakapan ayah dan anak tersebut, lalu menyampaikannya kepada teman-temannya yg berada di lapangan.

Mereka jadi menyadari bahwa karena ego dan kepentingan pribadi, mereka jadi tidak menikmati permainan.

Pada akhirnya, mereka tidak memainkan pertandingan sepak bola dengan peralatan lengkap, padahal mereka memiliki semua perlengkapan yg diperlukan.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengesampingkan kemauan sendiri dan keegoisan, lalu mulai bermain dengan perlengkapan sepakbola yg sudah mereka bawa.

Pertandingan dimulai, anak-anak menikmati permainan yg juga membantu meningkatkan kemampuan mereka. 

Pesan moral
Dalam hidup, setiap orang memiliki tujuan pribadi yg ingin dicapai. Tetapi ketika kita bekerja sebagai sebuah tim, tujuan tim lebih utama daripada tujuan individu.

Dalam kerjasama tim, penting untuk mengesampingkan kepentingan pribadi dan ego kita. Sebaliknya, kita harus fokus bekerja untuk mencapai tujuan bersama.

Dengan cara ini, kita juga akan mencapai tujuan individu dengan meningkatkan kemampuan kita, mendapatkan promosi di kantor, mempelajari proses baru dll.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebaik-baik Teman Duduk adalah buku

Buku adalah teman duduk yang tidak akan memujimu dengan berlebihan, sahabat yang tidak akan menipumu, dan teman yang tidak membuatmu bosan. Dia adalah teman yang sangat toleran, yang tidak akan mengusirmu. Dia adalah tetangga yang tidak akan menyakitimu. Dia adalah teman yang tidak akan memaksamu mengeluarkan apa yang kamu miliki. Dia tidak akan memperlakukanmu dengan tipu daya, tidak akan menipumu dengan kemunafikan, dan tidak akan membuat kebohongan. Buku adalah sesuatu yang jika kamu pandang maka akan menajamkan kemampuan intelektual, membuat lidah tidak kelu, dan membuat ujung jemari semakin indah. Dia akan memperkaya ungkapan-ungkapanmu, akan menenangkan jiwa, dan mengisi dada. Buku akan memberikan penghormatan orang-orang awam dan persahabatan dengan raja-raja, kepadamu. Dengannnya kamu akan mengetahui sesuatu hanya dalam sebulan. Satu hal yang tidak bisa kamu dapatkan dari mulut orang dalam satu masa. Dengannya kamu juga bisa menghindarkan hutang dan kesusahan mencari rezeki. ...

Tempe Across the Miles: A Cultural Journey to Share Indonesia’s Heritage with the World

On Tuesday, April 29, I set out on a meaningful road trip from Bogor with two trusted colleagues, Pak Deddi and Dadan. What seemed like a business trip at first, quickly turned into something far deeper—a cultural and entrepreneurial journey fueled by passion for tempeh , a humble Indonesian food with global potential. Our first stop was SMKN 63 Jakarta, where we met with the vice principal and leadership team. We discussed an exciting plan to collaborate between Rumah Tempe Indonesia—an innovation center I proudly lead—and the school. We envision a tempeh production training center inside SMKN 63, giving students hands-on experience in food innovation, entrepreneurship, and cultural preservation. Rumah Tempe Indonesia has always believed that partnerships—whether with schools, universities, private or public sectors—are key to reviving and modernizing this traditional food. From Jakarta, we hit the road again, heading toward Semarang to meet the owner of a tofu factory with whom we...

Jangan Bersedih

Jangan bersedih. Sebab rasa sedih akan selalu mengganggumu dengan kenangan masa lalu. Kesedihan akan membuatmu khawatir dengan segala kemungkinan dimasa mendatang. Serta akan menyia-nyiakan kesempatanmu pada hari ini. Jangan bersedih. Karena rasa sedih hanya akan membuat hati menjadi kecut, wajah berubah muram, semangat makin padam, dan harapan kian menghilang. Jangan bersedih. Sebab kesedihan hanya akan membuat musuh gembira, kawan bersedih, dan menyenangkan para pendengki. Kerap pula membuat hakikat-hakikat yang ada berubah. Jangan bersedih. Karena rasa sedih sama dengan menentang qadha' dan menyesali sesuatu yang pasti. Kesedihan membuat kita jauh dari sikap lembut, juga benci terhadap nikmat. Jangan bersedih. Sebab rasa sedih tidak akan pernah mengembalikan sesuatu yang hilang dan semua yang telah pergi. Tidak pula akan membangkitkan orang yang telah mati. Tidak mampu menolak takdir, serta tidak mendatangkan manfaat. Jangan bersedih. Karena rasa sedih itu datangnya da...