Langsung ke konten utama

Tempe Across the Miles: A Cultural Journey to Share Indonesia’s Heritage with the World

On Tuesday, April 29, I set out on a meaningful road trip from Bogor with two trusted colleagues, Pak Deddi and Dadan. What seemed like a business trip at first, quickly turned into something far deeper—a cultural and entrepreneurial journey fueled by passion for tempeh, a humble Indonesian food with global potential.

Our first stop was SMKN 63 Jakarta, where we met with the vice principal and leadership team. We discussed an exciting plan to collaborate between Rumah Tempe Indonesia—an innovation center I proudly lead—and the school. We envision a tempeh production training center inside SMKN 63, giving students hands-on experience in food innovation, entrepreneurship, and cultural preservation.

Rumah Tempe Indonesia has always believed that partnerships—whether with schools, universities, private or public sectors—are key to reviving and modernizing this traditional food. From Jakarta, we hit the road again, heading toward Semarang to meet the owner of a tofu factory with whom we are planning a business collaboration.

In Semarang, we spent the night and visited the factory the next morning. We were truly inspired by the high-tech machines they use for efficient tofu production and their strong commitment to involving the local community. It reminded me how food isn’t just about taste—it’s about values, people, and legacy.

Our journey continued to Yogyakarta to meet our sales partner in Central Java. Before continuing further, we paused to enjoy a nostalgic evening stroll along Malioboro and indulged in a warm bowl of soto daging at Beringharjo Market—a simple pleasure that always brings me back to my roots.

Later that night, we drove to Karanganyar, Solo, home to one of Rumah Tempe Indonesia’s production branches. We stayed overnight and spent the next day reviewing the production process and briefing the team. Here, we’re building something even bigger: turning this branch into a Tempeh Edu-Tourism Center, where people can learn not just how tempeh is made—but how it carries the spirit of Indonesia with every bite.

What makes this site even more special is its history. It was once the home of Ki Manteb, Indonesia’s legendary wayang puppeteer. We dream of transforming it into a cultural destination—Wayang meets Tempeh, where food and heritage become one.

This trip reminded me why I do what I do. I am passionate about tempeh not just as food, but as a symbol of our identity, a tool for education, and a path to empower communities. Tempeh is Indonesia’s gift to the world, and it's time we embrace it with pride.

We’re now expanding our team and opening opportunities for passionate individuals to join our mission. We are hiring for the following roles:

  • Production Staff

  • Branch Manager

  • Sales Team

  • Front Office

  • Tour Guides for Tempeh Edu-Tourism

If you share our vision and want to be part of something meaningful, please reach out at indonesiarumahtempe@gmail.com.

Let’s take Indonesia’s heritage further—one bite of tempeh at a time.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kewirausahaan : Dilihat Dari Berbagai Sudut Pandang

Pandangan Ahli Ekonomi 1)       Wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. 2)       Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya. 3)       Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengorganisasikan faktor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, modal dan keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan jasa. Pandangan Ahli Manajemen 1)       Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis dan orgasisasi usaha baru ( Marzuki Usman, 1997:3 ). 2)   ...

Sebuah Kehormatan di Agriyaponik Cibubur: Orasi, Kolaborasi, dan Mimpi Tentang Ketahanan Pangan (An Honor at Agriyaponik Cibubur: A Speech, A Collaboration, and A Shared Dream of Food Security)

Pada hari Jumat, 23 Mei 2025, saya mendapatkan kehormatan luar biasa untuk memenuhi undangan dari Bapak Paul Soetopo, seorang tokoh inspiratif yang begitu peduli terhadap integrasi pertanian berkelanjutan. Kami bertemu di kediamannya yang sekaligus menjadi pusat kegiatan farming integration bernama Agriyaponik , yang terletak di kawasan hijau Cibubur. Begitu saya tiba di lokasi, saya langsung merasakan semangat kolaborasi dan inovasi yang begitu kental. Agriyaponik bukan hanya sebuah lahan pertanian, melainkan living lab —tempat di mana ide-ide hijau tumbuh dan berbuah nyata. Di sana terdapat peternakan ayam petelur Omega , lele organik , serta beragam tanaman hidroponik yang ditanam secara organik dan terintegrasi. Yang membuat saya semakin bangga, adalah karena Rumah Tempe Indonesia —usaha yang saya bangun bersama ayah saya sejak 2012 di Bogor—ikut menjadi bagian penting dari ekosistem ini. Tempe dan tahu yang diproduksi di sana merupakan hasil kolaborasi dengan Agriyaponik, seka...