Ini adalah ombak terakhir hari ini yang mengantarkan Formosa ke tepian pantai. Dinikmatinya proses papan surfing kesayangan mengantarnya kembali menyentuh bibir pantai. Sigap dia berdiri, cukup untuk berselancar hari ini. Dikemasnya peralatannya berselancarnya untuk segera bersiap menjelang rapat sore ini. Satu jam kemudian, di penghujung senja pada akhir Mei 2021, dia kumpulkan segenap jajaran manajerial Hotel Home. Rapat kali ini sengaja dilaksanakan sore hari sambil menikmati 23 lukisan senja di cakrawala Bali. Ruang lobi yang biasanya lengang, kali ini sedikit hiruk pikuk dengan hadirnya tujuh jajaran manajerial dan Formosa. Tamu pada hari ini hanya satu orang dan dia sedang berwisata ke Lombok. Oleh karenanya, kesibukan sore hari ini tidak akan menganggu siapapun di hotel ini. Ketika Formosa memasuki ruang lobi, Hadi, sang senior yang progresif, tampak sedang menikmati kopi sorenya dengan ditemani Agung, sang Assistant Human Resource Management. Ketika Formosa tiba, Ha
Mei 2021, Hotel Home masih tetap dibuka. Strategi penurunan harga yang diterapkan Formosa sedikit membuahkan hasil. Kamar yang semula dijual dengan harga Rp800.000 hingga Rp3.000.000, kini ditawarkan dengan harga Rp150.000 hingga Rp800.000. Beberapa rombongan kecil turis nusantara masuk menjadi tamu. “Lumayan, bisa untuk bertahan. Apapun akan kulakukan,” sedemikian gumam Formosa. Semalam, Formosa menerima informasi via surel yang dikirim oleh Edward, salah satu rekanan travel agent pelanggannya di Eropa. Melalui pesan itu, Edward menyampaikan bahwa belum ada pesanan masuk dari wisatawan mancanegara untuk memasuki Bali dan memesan kamar di Hotel Home. “It’s a terrible year. Please keep striving and looking forward to having a better year at 2022,” sedemikian terkutip dari pesan tersebut. Kejeblokan prospek pariwisata mancanegara menjadikan tahun 2021 ini sebagai tahun yang maha berat bagi Hotel Home. 20 Namun, bila bisa bertahan maka pada tahun 2022 diprediksi akan ada prosp