Ini adalah ombak terakhir hari ini yang mengantarkan Formosa ke tepian pantai. Dinikmatinya proses papan surfing kesayangan mengantarnya kembali menyentuh bibir pantai. Sigap dia berdiri, cukup untuk berselancar hari ini. Dikemasnya peralatannya berselancarnya untuk segera bersiap menjelang rapat sore ini. Satu jam kemudian, di penghujung senja pada akhir Mei 2021, dia kumpulkan segenap jajaran manajerial Hotel Home. Rapat kali ini sengaja dilaksanakan sore hari sambil menikmati 23 lukisan senja di cakrawala Bali. Ruang lobi yang biasanya lengang, kali ini sedikit hiruk pikuk dengan hadirnya tujuh jajaran manajerial dan Formosa. Tamu pada hari ini hanya satu orang dan dia sedang berwisata ke Lombok. Oleh karenanya, kesibukan sore hari ini tidak akan menganggu siapapun di hotel ini. Ketika Formosa memasuki ruang lobi, Hadi, sang senior yang progresif, tampak sedang menikmati kopi sorenya dengan ditemani Agung, sang Assistant Human Resource Management. Ketika Formosa tiba, Hadi dan Agung langsung mengajaknya turut menikmati kopi luwak Bali yang sedang mereka nikmati. Hong dan Yuyun tampak asyik duduk di sofa yang terletak di samping Agung sambil membicarakan rute sepeda eksotis di Bali. Kegemaran bersepeda yang marak tumbuh pada masa pandemi ini tampaknya membuat mereka yang juga hobi bersepeda ingin menginisiasi produk layanan hotel yang cocok bagi pesepeda. “Ya lah…menikmati Bali dari sisi detailnya dengan bersepeda,” terdengar oleh Formosa sayupsayup perkataan Hong. Tampak wajah optimisme di antara mereka. “Bu Formosa, sapa Agung dalam salah satu obrolan sore itu, apakah Ibu berminat untuk mengambil kesempatan penggunaan hotel untuk tenaga kesehatan yang isolasi mandiri? Kerja sama dengan Dinas Kesehatan dapat kita jajaki. Di sisi lain, vila yang kita miliki juga memungkinkan untuk akomodasi mereka”, ujar Agung meminta tanggapan Formosa. “Kita bicarakan ya Pak Agung,” jawab Formosa sambil tersenyum optimis. Sementara itu, Abe, Made, dan Wike tampak duduk menggerombol di sisi kursi yang lain. Entah apa yang dibicarakan. Formosa mengamati, bahkan minuman teh hangat yang ada di sekitar mereka pun tidak mereka sentuh. Terlihat kernyit dahi di setiap wajah mereka, bertanda ada diskusi serius yang sedang mereka bicarakan. Menduga dari jarak duduk yang kelompok ini ambil, Formosa mensinyalir bahwa mereka berada di kubu lain dari rasa optimisme yang dia temukan dalam obrolan dengan Hadi, Hong, Yuyun, dan Agung ini. 24 Setelah cukup hangat suasana sore ini, Formosa undang semua jajaran manajerialnya untuk berdiskusi dalam rapat sore hari ini. “Terima kasih untuk kehadiran Bapak dan Ibu semua. Hanya kita yang sekarang bertahan. Saya sangat menghargai kerja keras dan kemauan Bapak dan Ibu dalam kerja sama ini. Ijinkan saya menilai kerja bersama ini bukan sebagai sebuah hubungan transaksional kerja, namun sebagai tranformasional untuk maju bersama,” ujar Formosa dalam pembukaan diskusi ini. Dalam paparan selanjutnya, Formosa mengingatkan tentang peristiwa demi peristiwa manajerial dalam terjangan tsunami Covid-19 yang telah dijalani bersama. Formosa juga menjelaskan tentang tantangan yang diberikan oleh pihak pimpinan dan pasar. Pertanyaannya, “Mampukah kita bertahan?” Formosa menyerahkan kepada setiap jajaran manajerial untuk memberikan tanggapannya. Tanggapan optimisme dia dengarkan dari Hadi, Hong, Yuyun, dan Agung. “Rekan agen internasional kita, Edward, menyatakan bahwa pasar kembali siap tahun 2022. Jadi kita perlu optimis dan lebih kreatif di tahun 2021 ini,” ujar Hadi. Hong, Yuyun, dan Agung kemudian menimpali optimisme itu dengan ide membuat layanan hospitality bagi pesepeda dan juga meraup pasar dari kegiatan isolasi mandiri para tenaga kesehatan. “Asal kita kreatif, kita bisa bertahan Bu,” ujar Agung. Sementara itu, Abe mengawali pendapat pesimisme. “Sampai kapan Ibu dapat mempertahankan saya?” ujar Abe dengan serius. “Kompetensi saya adalah dalam manajemen Restaurant dan Bar, jika kondisi ini tidak membaik, akhir bulan depan, saya memutuskan untuk berhenti. Saya telah melamar posisi untuk bekerja di salah satu hotel di Dubai. Pariwisata di sana sudah bangkit kembali. Ini lebih menjanjikan untuk karir masa depan saya dalam kondisi pandemi ini,” jelas Abe. Sambil menyeruput teh hangatnya, Wike melanjutkan, “Sampai kapan Ibu dapat mempertahankan saya? Karir saya di sales semakin tidak jelas di hotel ini. Lebih baik saya kembali menekuni usaha saya sendiri tanpa harus menanti sesuatu yang tidak pasti di hotel ini.” Matanya nanar mengarah pada Formosa dan menanyakan nasib karirnya. 25 Sedemikian juga dengan Made yang kritis dan sigap. Made menceritakan bahwa berat untuknya dapat bertahan di Bali dalam kondisi ini. Keluarga kecilnya memerlukan penghasilan yang lebih pasti. Meskipun sayang dengan hotel ini, Made memikirkan opportunity cost untuk bertahan. “Lebih baik saya kembali ke Jakarta dan tinggal bersama kembali dengan orang tua saya di sana. Setidaknya jadi satu tungku, jadi lebih hemat,” ujar Made. Meskipun berdarah Bali, keluarga besar Made memang menetap di Jakarta. Sedemikian juga dengan Made yang baru pindah ke Bali sejak bekerja di hotel ini. Pemahamannya tentang Jakarta menjadikannya yakin bahwa kota metropolitan itu akan menyediakan lapangan kerja alternatif yang lebih banyak dan beragam. Tampak nada pesimisme hadir dalam pembicaraan dengan Abe, Wike, dan Made. Formosa terperangah dengan pernyataan ketiga karyawan andalannya ini mengingat pada awal tsunami dulu justru mereka bertiga yang menginginkan untuk tetap membuka hotel meskipun tsunami Covid-19 telah mulai mendera. Tampak bahwa hempasan tsunami ini telah menghancurkan optimisme dari sebagian pejuang tangguhnya. Saat itu, Formosa menyadari bahwa dampak tsunami Covid-19 telah menggerogoti ketangguhan internal tim andalannya. Mereka bersama dalam persimpangan, haruskah menyatakan cukup sudah dalam perjuangan ini atau terus bertahan berselancar mencari tepian aman dari tsunami ini? Lembayung jingga senja menyapa cakrawala. Ketika diskusi dalam hiruk pikuknya, Formosa merasa sendiri dalam keramaian. Mampukah Hotel Home ini beresiliensi? Tergambar di benak Formosa, mega wind dumper di Taipe 101. Apakah Hotel Home ini masih memiliki dumper untuk berliuk beresiliensi di hempasan tsunami Covid-19? Mata Formosa kali ini menatap kita, “Tolong, bantu saya.”
Berikut adalah bahasan analisis SWOT pada perusahaan Construct yang pernah dibahas pada buku analisis SWOT Freddy Rangkuti. Mari kita simak! Buku swot via Freddy Rangkuti Misi Perusahaan PT. CSTRUCT adalah sebuah perusahaan dengan diversifikasi bidang usaha yang luas, meliputi jasa konstruksi, reality dan properti, perdagangan dan industri, baik dalam skala nasional maupun internasional. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan ini senantiasa mengutamakan prestasi dan citra baik, serta berusaha menjadi perusahaan yang terkemuka dibidangnya. Semangat inovasi serta penguasaan teknologi terus dipacu demi pertumbuhan dan pengembangan usaha yang berkelanjutan yang menghasilkan produk-produk berupa barang maupun jasa yang bermutu dan bernilai tambah tinggi. Melalui pertumbuhan yang sehat dan hasil usaha yang tinggi, perusahaan ini selalu memberikan kepuasan kepada semua pihak yang berhubungan dengannya. Visi misi perusahaan via contoh.pro Sumber Daya Manusia (SDM) adalah as...
Komentar
Posting Komentar