Selepas 25 series; Doa dan harapan.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan Rasulullah s.a.w., keluarganya serta para sahabatnya. Wa Ba'du.
-
Orang cerdik akan berusaha merubah kerugian menjadi sebuah keutungan, karena orang cerdik tau betul hukum bersama kesulitan ada kemudahan. Seperti yg saya kutip dari buku Karya Dr. Aidh al-Qarni yaitu wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan.
Begitupun saya kutip dari status bijak seorang sahabat yaitu bersyukurlah untuk masa-masa sulit, karena di masa itulah kamu tumbuh. Bersyukurlah untuk masa-masa sakit, karena di masa itulah dosa-dosamu digugurkan. Bersyukurlah untuk masa-masa pahit, karena di masa-masa itulah ikhtiarmu menggeliat.
-
Begitulah saya akan memulai tulisan ini, berharap pekerjaan apapun yang kita lakukan selalu dimulai dengan rasa syukur akan nikmat yg telah kita terima. Satu hal yg sudah mulai hilang dari kehidupan kita.
Baik jadi begini, Alhamdulillah usia saya baru saja memasuki usia ke-26. Artinya baru saja saya melewatkan usia-25 yg banyak orang menyebutnya masa ini adalah masa yg krusial. Sungguh tidak ada niat melebih-lebihkan, tp begitulah persepsi yg timbul.
-
Usia 25 sering dikait-kaitkan dengan quarter life crisis, fase dimana seseorang mulai mereview hal apa saja yg sudah Ia lakukan disepanjang waktu yg sudah terlewati. Terkadang bahkan ada yg sampai kehilangan jati diri dan tidak percaya diri, begitu cerita banyak orang.
Saya mengamini karena itu adalah hasil riset, walaupun ada beberapa persepsi orang yg belum tepat. Karena dari hasil mencari tahu saya ternyata quarter life crisis sendiri tdk melulu harus pada usia 25, setiap orang punya masanya masing-masing. Ada yg lebih cepat, ada pula yg lebih lambat. Hanya rata-rata memang di usia pertengahan ini.
-
Saat ini kita tdk akan membahas quarter life crisis, biarlah kita bahas itu insyaAllah di lain kesempatan. Yg ingin saya bahas adalah, setelah usia ke-25 ini lalu apa yg mau dikerjakan? Terpikir oleh saya untuk membuat sebuah tulisan bersambung membahas isu ini.
Tujuan membuat tulisan adalah karna mungkin saja pengalaman atau kegundahan saya ini juga bisa bermanfaat bagi siapapun yg membacanya. Karna saya percaya media tulis adalah media yg bisa saya andalkan untuk membuat manfaat, media tulis adalah salah cara untuk mengikat sebuah peristiwa.
-
Memasuki usia yg baru memang hal pertama yg ingin saya lakukan tentunya adalah bersyukur. Karena siapakah yg berhak menjadi tempat mengadu bagi orang-orang yg dilanda kegelisahan, kesempitan, kesulitan dan kesedihan. Tak lain adalah hanya Allah yang tiada Ilah selain Dia.
Kedua yg ingin saya lakukan yg menjadi fokus tulisan ini adalah saya ingin berdamai dengan diri sendiri. Berdamai dari segala hal yg membuat saya gelisah, menyesal, dan tidak bersyukur.
-
Karena apapun yg terjadi dalam hidup kita, nyatanya matahari akan selalu terbit di pagi hari dan terbenam di malam hari. Selalu begitu tidak pernah berubah menyesuaikan perasaan kita pada hari itu. Sebagaimana pun perasaan kita saat itu, buruk atau baik. Dunia tdk akan menunggu semuanya demi kita. Maka dari itu saya sadar, jangan pernah merasa terhimpit sejengkal pun karena setiap keadaan pasti berubah.
Jadi apabila ditanya hal apa saja ingin saya perbaiki di usia sekarang? Maka saya akan jawab saya akan berdamai dengan diri saya sendiri, dengan cara; saya ingin merubah perasaan tdk enak menolak permintaan orang lain apabila hati saya mengatakan tdk, saya ingin berhenti menyalahkan diri sendiri karna bagaimanapun satu-satunya orang yg percaya akan kemampuan saya adalah diri saya sendiri, dan yg terakhir saya akan berhenti menjudge diri saya sendiri untuk sesuatu yg hanya akan melemahkan diri saya.
-
Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan itu seramah wujudnya, dan kebaikan itu sebaik rasanya. Orang-orang yg pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari itu semua adalah mereka yg melakukannya. Mereka akan merasakan "buah"nya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka.
Kebaikan-kebaikan yg sedang saya pelajari ini harus saya praktekkan kepada diri saya sendiri terlebih dahulu. Salah satu orang yg ingin saya berbuat baiki yg pertama adalah diri sendiri. Saya implementasikan berbuat baik kepada diri ini dengan belajar tegas mengatakan tidak. Bahwa wajar untuk orang timur seperti kita ini untuk berlaku ramah, dan wajar pula untuk anak muda seusia saya untuk mengambil segala kesempatan yg ada. Tapi apabila tiba pada saatnya kita harus berkata tidak, maka saya tegaskan untuk melakukannya.
-
Berhenti menyalahkan diri sendiri juga bentuk perbuatan baik saya kepada diri sendiri. Merasa bersalah apabila salah bicara, merasa bersalah apabila salah mengambil keputusan, dan menyalahkan diri sendiri untuk sesuatu yg di luar kuasa saya seharusnya sdh tidak terjadi lagi.
Saya paham, mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan yg tidak sepatutnya dikerjakan. Itu sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yg belum terjadi. Berkas-berkas masa lalu sudah sepatutnya dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Serta sudah sepatutnya untuk orang yg pemikir seperti saya untuk sadar, bahwa segala sesuatu yg terjadi dalam hidup ini seluruhnya sudah diatur oleh pemilikNYA. Setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan, sebagaimana tinta pena yg telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan yg telah disimpan. Maka hal tepat yg harus saya lakukan adalah terus berusaha dan memperbaiki semua yg telah dilakukan tanpa menyesalinya secara berlebihan.
-
Sebuah nasihat mengatakan; ketika diri kamu diliputi kesedihan dan kegundahan, maka berbuat baiklah terhadap sesama manusia, niscaya kamu akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Sedekahilah orang papa, tolonglah orang-orang yang terdzolimi, ringankanlah beban orang yg menderita, berilah makan orang yg kelaparan, jenguklah orang sakit, dan bantulah orang yg terkena musibah, niscaya kamu akan merasakan kebahagiaan dalam semua sisi kehidupan yg kamu jalani.
Nasihat itu jelas dan saya tahu serta mampu untuk menyampaikannya lagi kepada orang lain agar ilmunya tdk berhenti di saya, namun entah mengapa saya selalu menjudge diri saya tdk kompeten untuk menyampaikannya lagi kepada orang lain. Tidak ada salahnya kita menyampaikan hal baik kepada orang lain, asal tdk dilebih-lebihkan yg berakibat dapat membuat artinya menjadi berbeda. Maka dari itu sudah saatnya saya merubah sikap itu untuk kebaikan diri saya kedepannya.
-
Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tdk hanya mendatangkan manfaat baik bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yg berada di sekitarnya. Dan manfaat psikologis dari kebajikan itu terasa seperti obat-obat manjur yg tersedia di apotik orang-orang yg berhati baik dan bersih.
Semoga hal itu juga yg ingin saya lakukan, yaitu berbuat baik pertama kali kepada diri saya sendiri dgn cara menerima diri sendiri terlebih dahulu, sebelum akhirnya saya dapat menerima orang lain dgn baik dan ikhlas.
Akan banyak lagi cerita "selepas 25" yg ingin saya sampaikan, maka cerita tentang menerima diri sendiri ini adalah gerbang pembuka untuk cerita lainnya. Semoga cerita ini dapat menjadi refleksi bagi diri saya sendiri, dan menjadi bahan baca yg ringan namun bermanfaat bagi pembaca.
Salam berproses dan bertumbuh.
Bebas dari belenggu via unplash |
-
Orang cerdik akan berusaha merubah kerugian menjadi sebuah keutungan, karena orang cerdik tau betul hukum bersama kesulitan ada kemudahan. Seperti yg saya kutip dari buku Karya Dr. Aidh al-Qarni yaitu wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan.
Begitupun saya kutip dari status bijak seorang sahabat yaitu bersyukurlah untuk masa-masa sulit, karena di masa itulah kamu tumbuh. Bersyukurlah untuk masa-masa sakit, karena di masa itulah dosa-dosamu digugurkan. Bersyukurlah untuk masa-masa pahit, karena di masa-masa itulah ikhtiarmu menggeliat.
-
Begitulah saya akan memulai tulisan ini, berharap pekerjaan apapun yang kita lakukan selalu dimulai dengan rasa syukur akan nikmat yg telah kita terima. Satu hal yg sudah mulai hilang dari kehidupan kita.
Baik jadi begini, Alhamdulillah usia saya baru saja memasuki usia ke-26. Artinya baru saja saya melewatkan usia-25 yg banyak orang menyebutnya masa ini adalah masa yg krusial. Sungguh tidak ada niat melebih-lebihkan, tp begitulah persepsi yg timbul.
-
Usia 25 sering dikait-kaitkan dengan quarter life crisis, fase dimana seseorang mulai mereview hal apa saja yg sudah Ia lakukan disepanjang waktu yg sudah terlewati. Terkadang bahkan ada yg sampai kehilangan jati diri dan tidak percaya diri, begitu cerita banyak orang.
Saya mengamini karena itu adalah hasil riset, walaupun ada beberapa persepsi orang yg belum tepat. Karena dari hasil mencari tahu saya ternyata quarter life crisis sendiri tdk melulu harus pada usia 25, setiap orang punya masanya masing-masing. Ada yg lebih cepat, ada pula yg lebih lambat. Hanya rata-rata memang di usia pertengahan ini.
-
Saat ini kita tdk akan membahas quarter life crisis, biarlah kita bahas itu insyaAllah di lain kesempatan. Yg ingin saya bahas adalah, setelah usia ke-25 ini lalu apa yg mau dikerjakan? Terpikir oleh saya untuk membuat sebuah tulisan bersambung membahas isu ini.
Tujuan membuat tulisan adalah karna mungkin saja pengalaman atau kegundahan saya ini juga bisa bermanfaat bagi siapapun yg membacanya. Karna saya percaya media tulis adalah media yg bisa saya andalkan untuk membuat manfaat, media tulis adalah salah cara untuk mengikat sebuah peristiwa.
-
Memasuki usia yg baru memang hal pertama yg ingin saya lakukan tentunya adalah bersyukur. Karena siapakah yg berhak menjadi tempat mengadu bagi orang-orang yg dilanda kegelisahan, kesempitan, kesulitan dan kesedihan. Tak lain adalah hanya Allah yang tiada Ilah selain Dia.
Kedua yg ingin saya lakukan yg menjadi fokus tulisan ini adalah saya ingin berdamai dengan diri sendiri. Berdamai dari segala hal yg membuat saya gelisah, menyesal, dan tidak bersyukur.
-
Karena apapun yg terjadi dalam hidup kita, nyatanya matahari akan selalu terbit di pagi hari dan terbenam di malam hari. Selalu begitu tidak pernah berubah menyesuaikan perasaan kita pada hari itu. Sebagaimana pun perasaan kita saat itu, buruk atau baik. Dunia tdk akan menunggu semuanya demi kita. Maka dari itu saya sadar, jangan pernah merasa terhimpit sejengkal pun karena setiap keadaan pasti berubah.
Jadi apabila ditanya hal apa saja ingin saya perbaiki di usia sekarang? Maka saya akan jawab saya akan berdamai dengan diri saya sendiri, dengan cara; saya ingin merubah perasaan tdk enak menolak permintaan orang lain apabila hati saya mengatakan tdk, saya ingin berhenti menyalahkan diri sendiri karna bagaimanapun satu-satunya orang yg percaya akan kemampuan saya adalah diri saya sendiri, dan yg terakhir saya akan berhenti menjudge diri saya sendiri untuk sesuatu yg hanya akan melemahkan diri saya.
-
Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan itu seramah wujudnya, dan kebaikan itu sebaik rasanya. Orang-orang yg pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari itu semua adalah mereka yg melakukannya. Mereka akan merasakan "buah"nya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka.
Kebaikan-kebaikan yg sedang saya pelajari ini harus saya praktekkan kepada diri saya sendiri terlebih dahulu. Salah satu orang yg ingin saya berbuat baiki yg pertama adalah diri sendiri. Saya implementasikan berbuat baik kepada diri ini dengan belajar tegas mengatakan tidak. Bahwa wajar untuk orang timur seperti kita ini untuk berlaku ramah, dan wajar pula untuk anak muda seusia saya untuk mengambil segala kesempatan yg ada. Tapi apabila tiba pada saatnya kita harus berkata tidak, maka saya tegaskan untuk melakukannya.
-
Berhenti menyalahkan diri sendiri juga bentuk perbuatan baik saya kepada diri sendiri. Merasa bersalah apabila salah bicara, merasa bersalah apabila salah mengambil keputusan, dan menyalahkan diri sendiri untuk sesuatu yg di luar kuasa saya seharusnya sdh tidak terjadi lagi.
Saya paham, mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan yg tidak sepatutnya dikerjakan. Itu sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yg belum terjadi. Berkas-berkas masa lalu sudah sepatutnya dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Serta sudah sepatutnya untuk orang yg pemikir seperti saya untuk sadar, bahwa segala sesuatu yg terjadi dalam hidup ini seluruhnya sudah diatur oleh pemilikNYA. Setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan, sebagaimana tinta pena yg telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan yg telah disimpan. Maka hal tepat yg harus saya lakukan adalah terus berusaha dan memperbaiki semua yg telah dilakukan tanpa menyesalinya secara berlebihan.
-
Sebuah nasihat mengatakan; ketika diri kamu diliputi kesedihan dan kegundahan, maka berbuat baiklah terhadap sesama manusia, niscaya kamu akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Sedekahilah orang papa, tolonglah orang-orang yang terdzolimi, ringankanlah beban orang yg menderita, berilah makan orang yg kelaparan, jenguklah orang sakit, dan bantulah orang yg terkena musibah, niscaya kamu akan merasakan kebahagiaan dalam semua sisi kehidupan yg kamu jalani.
Nasihat itu jelas dan saya tahu serta mampu untuk menyampaikannya lagi kepada orang lain agar ilmunya tdk berhenti di saya, namun entah mengapa saya selalu menjudge diri saya tdk kompeten untuk menyampaikannya lagi kepada orang lain. Tidak ada salahnya kita menyampaikan hal baik kepada orang lain, asal tdk dilebih-lebihkan yg berakibat dapat membuat artinya menjadi berbeda. Maka dari itu sudah saatnya saya merubah sikap itu untuk kebaikan diri saya kedepannya.
-
Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tdk hanya mendatangkan manfaat baik bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yg berada di sekitarnya. Dan manfaat psikologis dari kebajikan itu terasa seperti obat-obat manjur yg tersedia di apotik orang-orang yg berhati baik dan bersih.
Semoga hal itu juga yg ingin saya lakukan, yaitu berbuat baik pertama kali kepada diri saya sendiri dgn cara menerima diri sendiri terlebih dahulu, sebelum akhirnya saya dapat menerima orang lain dgn baik dan ikhlas.
Akan banyak lagi cerita "selepas 25" yg ingin saya sampaikan, maka cerita tentang menerima diri sendiri ini adalah gerbang pembuka untuk cerita lainnya. Semoga cerita ini dapat menjadi refleksi bagi diri saya sendiri, dan menjadi bahan baca yg ringan namun bermanfaat bagi pembaca.
Salam berproses dan bertumbuh.
Komentar
Posting Komentar