Menurut Shapero
dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan
berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang
menjadi wirausaha justru tidak memali proses yang direncanakan. Antara lain
disebabkan oleh:
a. Negative displacement
Seseorang
bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan,
terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari
daerah asal. Atau bisa juga karena sudah
memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
Banyaknya hambatan yang
dialami keturunan Cina untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya
menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain,
menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada kondisi
seperti ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak
bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.
b. Being between things
Orang-orang
yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa
seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai.
Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang
berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. Di
sinilah biasanya pilihan menjadi wirausahaa muncul karena dengan menjadi
wirausahan mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.
c. Having positive pull
Terdapat juga
orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari
mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan
mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa
aman dari risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif,
misalnya, yang memutuskan untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya
dengan bahan baku ban bekas, seperti stopper
back door, engine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif
tersebut memberi dukungan dengan menampung produk mantan manajernya tersebut.
Sumber : Melinda Rahma Arullia
Komentar
Posting Komentar