Teori-teori diatas sudah menjelaskan
mengenai bagaimana proses seseorang dapat menjadi wirausaha. Walau teori
tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat teori tersebut
saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tersebut dapat menjadi model
tahapan pembentukan yang sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut adalah:
- Deficit equilibrium
Seseorang merasa adanya kekurangan dalam dirinya dan
berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tersebut tidak harus berupa
materi saja, namun dapat juga berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri
(motivasi, standar internal, dan lain-lain). Deficit equilibrium dapat pula terjadi karena berubahnya jalur
hidup, seperti jika seseorang mendapat tekanan atau hinaan, misalnya baru
keluar dari penjara, serta mendapat dukungan dari orang lain (Shapero &
Sokol, 1982).
- Pengambilan keputusan menjadi wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong dia untuk mencari
pemecahannya, untuk itu dia mengevaluasi alternatif pemecahan yang
dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas informasi yang
diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu
alternatif keputusan memeiliki peran yang sangat besar (Reitman, 1976) dalam
usahanya mengambil keputusan untuk menjadi wirausaha.
- Goal Directed Behavior
Keputusan menjadi wirausaha diambil dengan tujuan
memecahkan masalah kekurangan yang dia miliki. Di sini masalah
kekurangan diidentifikasi dengan adanya harapan sebagai pemecahan.
Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan dia dapat jika melakukan tindakan
tertentu. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sehingga mendorong
tindakan dan perilakunya sebagai seorang wirausaha (Wolman, 1973).
- Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat penting untuk pengambilan
keputusan menjadi wirausaha. Tujuan ini berupa
insentif yang diyakini akan dinikmati jika seseorang melaukan kegiatan
tertentu.
Sumber : Melinda Rahma Arullia
Komentar
Posting Komentar