Langsung ke konten utama

Bedah buku Aroma Karsa-Dewi 'Dee' Lestari

Review novelnya Dewi 'Dee' Lestari.






Judul buku: Aroma Karsa
Penulis: Dewi 'Dee' Lestari
Penerbit: PT. Bentang Pustaka
Terbit: Cetakan pertama, Maret 2018
ISBN: 978-602-291-4631
Genre: Misteri, petualangan (Fiksi)
Tebal: xiv+710 halaman; 20 cm
Harga; Rp. 125.000

Pengantar dan sinopsis
Dari sebuah lontar kuno, Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang dikenalnya sebagai dongeng, ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.

Obsesi Raras memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma, mempertemukannya dengan Jati Wesi.

Jati memiliki penciuman luar biasa. Di TPA Bantar Gebang, tempatnya tumbuh besar, ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari berbagai pekerjaan yang dilakoninya untuk bertahan hidup, satu yang paling Jati banggakan, yakni meracik parfum.

Kemampuan Jati memikat Raras. Bukan hanya mempekerjakan Jati di perusahaannya, Raras ikut mengundang Jati masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Bertemulah Jati dengan Tanaya Suma, anak tunggal Raras, yang memiliki kemampuan serupa dengannya.

Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa, semakin banyak misteri yang ia temukan, tentang dirinya dan masa lalu yang tak pernah ia tahu.

Novel pertama yang menceritakan indera penciuman
Dapat dilihat dari cerita diatas, aroma karsa ini memiliki cerita yang berbeda dan sangat sulit ditebak endingnya. Dee lestari sebagai penulis mampu membuat cerita ini lebih hidup dengan diksi yang Ia pilih. Cerita diatas hanyalah pembuka, cerita selanjutnya jauh lebih seru dari sinopsis. Yang apabila diceritakan, maka akan jadi spoiler. Ada satu hal lagi yang menjadi ciri khas karya fiksi ini, bahwa aroma karsa merupakan novel pertama yang menggambarkan indera penciuman. Dalam dunia penulisan, memang terlihat sekali ketimpangan penggambaran indera penciuman dibandingkan deskripsi dari semisal visual, pendengaran, dan pengecapan. Hal ini wajar saja terjadi karna memang tidak mudah mengungkapkan penciuman dalam sebuah tulisan. Itu pula yang membuat jendela penciuman begitu primitif, instingtif, sekaligus sukar diuraikan secara serebral. Dan inilah yang diakui Dee Lestari sebagai penulis.

Namun begitu Dee Lestari mampu menggambarkan indera penciuman ini dengan sangat baik melalui pilihan diksi yang pas. Melalui Aroma Karsa, Dewi Lestari mampu membawa pembacanya ke berbagai tempat, pengalaman, dan kenangan melalui kata-kata.

Karakter
Karakter yang dibuat dalam novel aroma karsa ini sangat kuat. Saya rasa Dee Lestari mampu membangun setiap karakter dengan ciri khasnya masing-masing. Raras prayagung seorang wanita yang memiliki keteguhan dalam menggapai apa yang Ia mau, Jati Wesi seorang anak laki-laki yang tinggal dan besar di tempat pembuangan sampah bantar gebang yang juga memiliki kemampuan spesial dalam penciumannya, serta tanaya suma anak angkat Raras prayagung yang juga memiliki kemampuan serupa dengan Jati Wesi namun memiliki kehidupan yang jauh lebih baik. Ketiga tokoh itu adalah tokoh utama dalam cerita, yang nantinya akan mengalami sebuah cerita yang hebat di gunung lawu.

Bicara soal karakter favorit, tentu yang menjadi favorit saya adalah karakter utamanya Jati Wesi. Dalam novel ini Jati Wesi digambarkan memiliki kemampuan spesial dalam hal menciumi bau, bahkan Ia dijuluki si hidung tikus. Nah kelebihan Jati Wesi dalam menciumi bau kemudian mendeskripsikannya menjadi sebuah kalimat ini mampu digambarkan dengan baik oleh Dee Lestari sebagai seorang penulis.

Konflik Cerita dan Impresi Pembaca
Dari awal buku aroma karsa ini sudah menyajikan misteri-misteri serta konflik yang beruntun, sehingga membaca 700 halaman dari buku ini sama sekali tidak membosankan menurut saya. Saya sebagai pembaca seakan tidak dikasih bosan dari awal sampai akhir, seakan terbawa oleh misteri yang disajikan Dee Lestari. Itu semua didukung oleh diksi atau pemilihan kata-kata oleh Dee Lestari yang menurut saya Top beda dari biasanya. Diksi yang bagus dan indah tersebut, tidak membuat pembaca kesulitan dalam mencernanya. Gaya penulisan Dee Lestari tidak perlu diragukan lagi, benar-benar luar biasa indah. Pembaca seakan didongengi mulai dari halaman pertama membaca buku ini. Kemudian bicara soal world building atau dunia yang dibangun oleh Dee Lestari, dunia fiksinya masuk akal dalam standardnya fiksi.

Penilaian Cerita
Kalau disuruh menilai karya novel mungkin saya belum pantas untuk menilai. Tapi dibandingkan sedikit karya fiksi yang pernah saya baca, novel Dee Lestari ini termasuk unggulan dan layak untuk dibaca. Dee mampu menyelipkan fakta kedalam sebuah karya fiksi. Bahkan dalam membuat karyanya ini, Dee Lestari sampai menyempatkan diri untuk melakukan banyak riset terlebih dahulu.

Kalau ada yang perlu diperbaiki mungkin keberadaan karakter pendukung yang keberadaannya bisa direview lagi. Menurut saya keberadaan karakter pendukung tersebut apabila dihilangkan tidak akan mengganggu jalannya cerita.Mungkin apabila nantinya karya Dee Lestari ini diangkat ke layar lebar seperti karya-karyanya yang sebelumnya, keberadaan karakter ini mampu dibuat lebih hidup lagi.

Namun secara keseluruhan aroma karsa ini layak untuk dibaca, khususnya untuk kamu penyuka karya fiksi misteri. Karna selain karya fiksi ini menyuguhkan sebuah cerita yang seru dan penuh makna, aroma karsa ini juga akan membuka wawasanmu soal fakta-fakta yang belum pernah kamu tahu sebelumnya. Selamat membaca 😁


Salam literasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kewirausahaan : Teori Life Path Change

Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak memali proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh: a.       Negative displacement       Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.        Banyaknya hambatan yang dialami keturunan Cina untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada kondisi seperti ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung p...

Agriyaponik: Membangun Agroindustri Berkelanjutan dari Cibubur, Indonesia

Di tengah kawasan Cibubur yang asri dan tidak jauh dari hiruk-pikuk Jakarta, sebuah revolusi pertanian sedang berlangsung secara senyap namun berdampak besar. Di persimpangan antara teknologi, keberlanjutan, dan ketahanan pangan, berdirilah Agriyaponik —sebuah inisiatif agroindustri inovatif yang mendefinisikan ulang cara kita menanam, mengonsumsi, dan memandang pangan di Indonesia. Apa Itu Agriyaponik? Agriyaponik adalah usaha agroindustri modern yang menggabungkan dua sistem pertanian tanpa tanah: akuaponik dan hidroponik . Sistem ini memadukan budidaya tanaman dan ikan dalam satu ekosistem tertutup yang saling menguntungkan. Metode ini secara signifikan menghemat penggunaan air, tidak memerlukan lahan luas, serta menghilangkan kebutuhan akan pupuk kimia atau pestisida. Berlokasi di Cibubur , Agriyaponik bukan sekadar kebun. Ia adalah laboratorium hidup untuk pertanian berkelanjutan, pusat pelatihan bagi petani urban masa depan, dan model sistem pangan masa depan di wilayah padat ...

Memilikimu-Tere Liye

Sepetik karya Tere Liye Sunset via unplash Aku mencintai sunset. Menatap kaki langit, ombak berdebur. Tapi aku tidak pernah membawa pulang matahari ke rumah. Kalaupun itu bisa kulakukan, tetap tidak akan kulakukan. Aku menyukai bulan, entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana. Tetapi aku tidak akan pernah memasukkannya ke dalam ransel. Kalaupun itu mudah kulakukan, tetap tidak akan kulakukan. Aku menyayangi sebuah mawar, berbunga warna-warni mekar semerbak. Tapi aku tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar, tentu bisa kulakukan apa susahnya. Namun tidak akan kulakukan. Aku mengasihi kunang-kunang, terbang mendesing kerlap kerlip di atas rerumputan yang gelap. Tapi aku tidak akan menangkapnya di botolkan menjadi penghias di meja makan. Tentu masuk akal dilakukan, pakai perangkap. Namun tidak akan pernah kulakukan. Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini. Yang jika kita cinta, bukan lantas harus memiliki. Ada banyak sekali jenis suka, kasih dan sayang...