Langsung ke konten utama

Orang yang baik selalu diingat dalam ingatan

Oleh-oleh cerita dari mudik tahun ini.



Orang baik via Unplash
Ada yang menarik dimudik kami pada lebaran tahun ini. Jauh sebelum rencana kepulangan kami, Bapak saya mengatakan ingin sekali mengunjungi saudaranya yang menurutnya sangat baik, dan salah satu yang tersisa diantara sekian banyak yang telah berpulang.

Ada yang harus digaris bawahi disini, kata baik ini keluar berkali-kali. Yang saya tahu Bapak saya ini cukup selektif dalam penilaiannya, jarang sekali saya dengar orang yg masuk kriteria baik.

Singkat cerita, tidak banyak bertanya saya hanya ingin bertemu langsung. Saya ingin melihat definisi baik bagi Bapak saya ini, walau hanya melihat dari tingkah lakunya. Sampai akhirnya kami (Bapak, saya, dan adik saya yg laki-laki) berkesempatan bertatap muka dengan mereka.

Sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi
Orang pertama yang kami kunjungi adalah sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi. Suaminya sudah mulai sakit-sakitan tapi masih bisa berjalan secara perlahan, masih bisa menggerakkan badan secara perlahan, dan masih bisa berbicara juga secara perlahan. Raut wajahnya teduh, terlihat kepribadiannya yang kalem dan ramah. Logat jawanya medok namun tidak terlalu 'ngapak' seperti kebanyakan orang jawa disini. Rambutnya yang sudah memutih, tersisir rapih kesamping pertanda pribadinya yang berwibawa.

Sedangkan sang istri, bisa dibilang berbanding terbalik dengan kepribadian sang suami. Terlihat bawel, 'ceplas-ceplos', suaranya medok dan sedikit 'ngapak' khas aksen brebes. Rambutnya yang mulai memutih hanya diikat sederhana, tanda pribadi yang apa adanya. Tapi satu hal yang menjadi perhatian saya, ibu ini perhatian sekali. Hafal nama cucu-cucunya, dan tahu caranya menjamu tamu.

Kebetulan saat itu cucunya juga hadir kesana sesaat ketika kami tiba. Ada yang menarik saat sang istri pamit ijin ke belakang untuk mengambilkan minum untuk cucunya, sang suami mengatakan hal yang maniiiis sekali kapada kami.

Begini kira-kira katanya "Istriku memang bawel, tapi hatinya lembut." Katanya dengan menggunakan bahasa Jawa lembut. Seketika saya tersentak. Seakan bisa membaca fikiran kami, Bapak itu seakan pula ingin mengklarifikasi apa yang bisa Ia baca. Nyeessss... rasanya hati mau meleleh mendengarnya. Dengan pernikahan selama itu, mereka masih bisa melemparkan pujian satu sama lain bahkan di belakang pasangan.

Begitupun kemesraan itu muncul ketika sang istri mengomel mengomentari kelakuan suaminya yang tidak bisa dibilangi. Bukan maksud ingin memarahi sungguhan, yang kami tangkap itu adalah tanda perhatian yang amat mendalam.

Istrinya bilang kepada kami kira-kira begini kalau diartikan ke bahasa Indonesia. Dia bilang "Bapak tuh nggak bisa dibilangin, wong ya kalau shalat di masjid itu nggak usah dipaksain ikut semua gerakannya. Duduk aja dikursi kan bisa. Udah tau lagi sakit, masih aja maksain. Gusti Allah maha tau." Semua dikatakan dengan bahasa Jawa yang 'ngapak' dan cepat sekali seperti ibu-ibu bawel yang memarahi anaknya.Tentu bukan nada marah yang kami dengar, tapi nada kasih sayang tanda saling perhatian satu sama lain.

Sekilas saya menyimpulkan, dengan orang yang setiap hari mereka temui dan saling tahu keburukannya masing-masing saja mereka masih bisa saling perhatian. Bagaimana kiranya mereka memperlakukan orang lain yang mungkin baru sedikit keburukannya mereka tahu. Pantas ya, kalau mereka disematkan orang baik. Semoga keberkahan selalu hadir dalam setiap umur kalian. Aamiin

Lilik yang dulu gagah, kini seakan kehilangan kesaktiannya.
Orang baik kedua yang diceritakan adalah Lilik Karnadi. Kalau disilsilahkan Lilik ini semacam pamannya Bapak. Beliau adalah pengusaha sukses pada jamannya, sisa-sisa kejayaannya masih terlihat dari tempat tinggalnya yang saat ini Ia tempati. Untuk seukuran rumah di desa, tempat tinggal ini terlihat mewah. Hal itu tercermin dari foto-foto di dinding, meja kerja yang gagah, taman di dalam rumah, ukiran atap dan dinding yang nyentrik, dan berbagai koleksi yang indah menggambarkan betapa mewahnya rumah itu pada jamannya. Tapi kini walau sisa barangnya masih ada, semua itu sudah usang, sudah tidak terurus, kotor, dan rapuh.

Lilik ini juga terkenal sebagai orang yang memiliki pengaruh pada masanya, cerita itu saya dengar sepanjang perjalanan. Bahkan anak laki-lakinya sempat terpilih menjabat sebagai camat di daerah tersebut, sebelum akhirnya mengundurkan diri karna meninggal dunia.

Kini Lilik yang dahulu gagah, berubah menua dan tak berdaya oleh penyakit. Walaupun masih terlihat kharismanya saat berbicara dan menjamu kami sebagai tamu, nyatanya kakek yg satu ini harus bulak-balik cuci darah ke rumah sakit.

Untungnya Istri Lilik masih hidup. Walau sama tuanya, dan sama-sama rentanya. Namun istrinya termasuk yg masih sehat. Keduanya hidup sederhana di rumah yang masih terlihat besar, namun terlihat tidak terurus. Mereka dibantu sehari-harinya oleh anaknya yg perempuan bersama cucu-cucunya.

Walaupun sudah tua dan sakit, namun ingatan Lilik ini termasuk kuat. Beliau hafal betul caranya berbisnis. Masih bisa berdiskusi soal perkembangan ekonomi saat ini dan juga tentang kebijaksanaan hidup. Ia sadar dunia ini berputar, semua ada masanya. Dahulu mungkin begitu kemudahan yang Ia dapat khususnya dalam materi, kini Ia sedang merasakan kebalikannya. Akan ada masanya bagi siapapun merasakan roda kehidupan.

Tapi memang begitulah orang yang bijaksana, mereka mendapatkan masalah, mereka juga yang tau jalan keluarnya. Hal itu terlihat ketika mereka menjalani hidup yang mudah mereka tidak sombong, saat mereka menjalani hidup yang tidak mudah juga mereka tidak menyerah.

Dari obrolan sekilas dengannya, bisa saya simpulkan juga dimana letak kebaikan kakek dan nenek ini. Kehidupannya yang dibiasakan positif ini lah yang membuat mereka mampu berbuat kepada sesama. Tanpa mereka sadari kebiasaan baik yang mereka lakukan secara disiplin ini mampu menginspirasi orang lain. Terimakasih kakek Lilik telah memberikan pelajaran ini.

Makam ramai dengan warga.
Tidak hanya yang masih hidup, ternyata kebaikan orang yang sudah meninggalpun masih diingat sepanjang hayat.

Selepas shalat Ied di masjid agung Tegal, saya dan Bapak duluan ijin melaju ke Jatibarang untuk menemui adik Bapak disana sekaligus berkunjunng ke makam kakek dan nenek.

Yang menarik disana tempat pemakaman penuh sekali dikunjungi warga yang hadir untuk mendoakan saudaranya yang telah berpulang khususnya di hari raya seperti ini. Berbeda dengan di kota saya Bogor, memang tempat pemakaman umum disini selalu ramai dikunjungi. Tempat ini lebih mirip taman rekreasi bagi warga karna begitu ramainya.

Di makam itu ada kakek, nenek, embah, dan beberapa saudara yang sudah berpulang. Sepanjang kehadiran kami disana Bapak selalu menceritakan kenangan serta kebaikan mereka. Saya berdoa semoga kakek dan nenek disana bisa istirahat tenang karna memiliki anak yang soleh, dan insyaAllah cucu yang soleh juga.

Makam Habib
Ada yang menarik juga di pemakaman yang kami kunjungi tersebut, bermacam orang hadir kesana dengan ritualnya masing-masing. Ada yang begitu khidmat berdoa dalam hati sambil meneteskan air mata, ada yang membacakan doa dan yasin secara beramai-ramai, ada yang dengan lantang membaca yasin di depan kuburan seorang diri (entah suara lantang ini untuk menutupi kesedihannya atau maksud lain), dan juga ada yang menjadikan moment ziarah ini sebagai ajang silaturahmi, mereka tampak tersenyum lebar karna seluruh keluarga berkumpul sambil berswafoto.

Ditengah hiruk pikuk ratusan manusia yang hadir disana, ada satu tempat yang membuat saya penasaran. Yaitu hadirnya makam yang paling bagus diantara yang lain bahkan sekelilingnya dipagari seperti ingin memberi isyarat bahwa tempat itu spesial. "Itu adalah makam habib" kata bapak saya menerangkan. Makam seorang ulama yang 40 hari setelah kepulangannya, selalu ramai dan tidak pernah putus orang berziarah.

Bahkan sebagai orang yang dihormati disana, hal itu berdampak pada keturunannya yang sampai saat ini sudah ke generasi ketiga. Semua orang masih hormat kepada keturunan Habib tsb, walau sang Habib sudah berpulang.

Kalau boleh saya menyimpulkan, betapa kebaikan seseorang itu memang mempunyai dampak luar biasa bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Hasilnya memang kadang tidak kita rasakan sekarang saat ini juga, tapi mungkin bisa dirasakan oleh orang tua kita, adik-adik kita, saudara kita, bahkan keturunan kita.

Sering yang saya lihat saat ini memang kita (khususnya saya) yang kurang bisa ikhlas dengan kebaikan yang kita lakukan. Rasanya pujian ribuan orang tidak ada apa-apanya dibandingkan cacian dari satu orang. Apa yang kita lakukan masih untuk pujian manusia, bukan karna Sang Pencipta. Tidak enak memang didengarnya, tapi memang begitu. Tentu maksud ini semua untuk saya, bukan untuk pembaca.

Semoga saja walaupun masih belum konsisten melakukan kebaikan, mudah-mudahan kedepannya kita bisa memperbaikinya menjadi lebih baik-dan lebih baik lagi.

Prihatin
Di lebaran ini juga saya tidak begitu melihatnya sebagai kemenangan yang harus dirayakan berlebih. Saya melihat sendiri saudara kita diluar sana masih merayakan lebaran dengan penuh keprihatinan.

Hal itu juga yang dirasakan saudara sedarah saya. Salah satu saudara kami di Bandung sudah yatim piatu dan hanya merayakan berdua kakak beradik (semoga kalian tetap semangat sist-bro). Teman saya di Jepang harus merayakan Idul fitri sendiri sebagai minoritas pemeluk muslim, beberapa kali Dia dihina karna minoritas, dibilang pemeluk agama teroris dan dicurigai temannya disana hanya karna muslim (Semoga dengan sikap baikmu semua bisa berubah kawan). Dan saudara-saudara lainnya yang tidak bisa dibilang merayakan kemenangan di hari raya ini, saya ikut prihatin. Semoga kita bisa menemukan arti menang yang sesungguhnya.

Tapi terlepas dari itu semua, semoga lebaran kali ini menjadi lembaran baru agar kita menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. Semoga kebaikan sekecil apapun yang kita lakukan menjadi pembuka pintu keberkahan dalam hidup kita. Daan..semoga tulisan ini bukan hanya sebagai bahan curhatan semata, tapi sebagai pengingat bagi penulis bahwa pernah suatu masa ada orang baik yang pernah hadir sebagai pengingat agar jangan pernah menyerah menggapai ridhoNYA.

Termasuk kalian yang membaca tulisan ini, mau kah kamu jadi salah satu orang yang saya ingat kebaikannya? Mohon maaf lahir dan batin, ya.


Salam bertumbuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis SWOT Perusahaan Kontraktor

Berikut adalah bahasan analisis SWOT pada perusahaan Construct yang pernah dibahas pada buku analisis SWOT Freddy Rangkuti. Mari kita simak! Buku swot via Freddy Rangkuti Misi Perusahaan   PT. CSTRUCT adalah sebuah perusahaan dengan diversifikasi bidang usaha yang luas, meliputi jasa konstruksi, reality dan properti, perdagangan dan industri, baik dalam skala nasional maupun internasional. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan ini senantiasa mengutamakan prestasi dan citra baik, serta berusaha menjadi perusahaan yang terkemuka dibidangnya. Semangat inovasi serta penguasaan teknologi terus dipacu demi pertumbuhan dan pengembangan usaha yang berkelanjutan yang menghasilkan produk-produk berupa barang maupun jasa yang bermutu dan bernilai tambah tinggi. Melalui pertumbuhan yang sehat dan hasil usaha yang tinggi, perusahaan ini selalu memberikan kepuasan kepada semua pihak yang berhubungan dengannya. Visi misi perusahaan via contoh.pro Sumber Daya Manusia (SDM) adalah as...

Kewirausahaan : Dilihat Dari Berbagai Sudut Pandang

Pandangan Ahli Ekonomi 1)       Wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. 2)       Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya. 3)       Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengorganisasikan faktor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, modal dan keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan jasa. Pandangan Ahli Manajemen 1)       Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis dan orgasisasi usaha baru ( Marzuki Usman, 1997:3 ). 2)   ...

Memilikimu-Tere Liye

Sepetik karya Tere Liye Sunset via unplash Aku mencintai sunset. Menatap kaki langit, ombak berdebur. Tapi aku tidak pernah membawa pulang matahari ke rumah. Kalaupun itu bisa kulakukan, tetap tidak akan kulakukan. Aku menyukai bulan, entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana. Tetapi aku tidak akan pernah memasukkannya ke dalam ransel. Kalaupun itu mudah kulakukan, tetap tidak akan kulakukan. Aku menyayangi sebuah mawar, berbunga warna-warni mekar semerbak. Tapi aku tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar, tentu bisa kulakukan apa susahnya. Namun tidak akan kulakukan. Aku mengasihi kunang-kunang, terbang mendesing kerlap kerlip di atas rerumputan yang gelap. Tapi aku tidak akan menangkapnya di botolkan menjadi penghias di meja makan. Tentu masuk akal dilakukan, pakai perangkap. Namun tidak akan pernah kulakukan. Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini. Yang jika kita cinta, bukan lantas harus memiliki. Ada banyak sekali jenis suka, kasih dan sayang...