Langsung ke konten utama

Travel Journal: A Meaningful Journey to Medan

Day 1 – Arrival in Medan with a Mission

I landed in Medan with more than just travel in mind. My main purpose for this trip was to lay the groundwork for a new tempeh production factory in Deli Serdang, about 35 minutes from Kualanamu International Airport. This factory will be supported directly by Rumah Tempe Indonesia, which serves as the leading center for tempeh innovation in the country. It’s a big step, and I’m excited to bring this vision to life.

After arriving, I checked into a hotel near the heart of the city and took a short walk around Merdeka Walk. The atmosphere was vibrant, filled with food stalls and friendly faces. For dinner, I tried soto Medan—rich, creamy, and full of flavor. A perfect start to my journey.

Day 2 – Exploring Culture and Possibilities
With meetings scheduled for the next few days regarding the factory, I made some time to understand the cultural backdrop of this beautiful region. I visited Maimun Palace and the Great Mosque of Medan, both stunning representations of the city’s rich history. What truly struck me, though, was the harmony among people of different backgrounds. Medan is known for its cultural diversity and religious tolerance, and I could genuinely feel that in every interaction I had.

Day 3 – A Glimpse of Nature at Lake Toba
I took a break from business to explore one of North Sumatra’s natural treasures: Lake Toba. The long ride to Parapat was worth it. The lake was serene, with clear blue water framed by rolling green hills. A short ferry ride brought me to Samosir Island, where I saw traditional Batak houses and experienced the hospitality of the local people. It was peaceful, reflective, and reminded me why investing in this region felt so right.

Day 4 – A Deepening Connection with Medan
Back in Medan, I visited local markets and had the chance to see Tjong A Fie Mansion—an incredible example of cultural harmony and entrepreneurship from the past. I also finalized some plans for the factory site. Everything is falling into place. Before leaving, I had a hearty meal of nasi padang, sampling as many dishes as possible.

Reflections
This journey wasn’t just about building a factory. It was about building connections—with people, with culture, and with a city that has a lot to offer. Medan and the surrounding areas have inspired me deeply. The kindness, openness, and spirit of the people here are what make this region special. I feel honored to be starting something new in a place that feels so full of possibility.


Bela Putra Perdana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kewirausahaan : Teori Life Path Change

Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak memali proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh: a.       Negative displacement       Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.        Banyaknya hambatan yang dialami keturunan Cina untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada kondisi seperti ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung p...

Kalau saja aku mampu-Fiersa Besari

Puisi karya Fiersa Besari Marry me? via unplash Kalau saja aku mampu, sudah kukejar langkahmu agar kita dapat berjalan berdampingan. Kalau saja aku mampu, sudah kuhiasi hari-harimu dengan penuh senyuman. Kalau saja aku mampu, sudah kutemani dirimu saat dirundung kesedihan. Kalau saja aku mampu, sudah kupastikan bahwa aku pantas untuk kau sandingkan. Kalau saja aku mampu, sudah kubalikkan waktu agar saat itu tak jadi mengenalmu. Kalau saja aku mampu, sudah kuarungi hariku tanpa harus memikirkanmu. Kalau saja aku mampu, sudah kutarik jiwaku yang ingin berada di sebelahmu. Kalau saja aku mampu, sudah kuminta hatiku agar berhenti merasakanmu. Tapi, aku mampu untuk memandangimu dari kejauhan tanpa pernah berhenti mendoakan. Aku juga mampu menjadi rumah untukmu, menunggumu yang tak tahu arah pulang. Sungguh aku mampu merindukanmu tanpa tahu waktu, tanpa sedikitpun alasan. Untukmu, aku mampu. Karena kau pantas dengan semua pengorbanan. " Rasa yang tidak t...

Kewirausahaan : Tujuan Pembentukan Wirausaha

      Teori-teori diatas sudah menjelaskan mengenai bagaimana proses seseorang dapat menjadi wirausaha. Walau teori tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat teori tersebut saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tersebut dapat menjadi model tahapan pembentukan yang sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut adalah: Deficit equilibrium Seseorang merasa adanya kekurangan dalam dirinya dan berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tersebut tidak harus berupa materi saja, namun dapat juga berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, standar internal, dan lain-lain). Deficit equilibrium dapat pula terjadi karena berubahnya jalur hidup, seperti jika seseorang mendapat tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta mendapat dukungan dari orang lain (Shapero & Sokol, 1982). Pengambilan keputusan menjadi wirausaha Perasaan kekurangan mendorong dia untuk mencari pemecahannya , untuk itu dia me...