Langsung ke konten utama

Exploring Solo: A Journey Through Culture and Tempeh Innovation

Indonesia is a vast archipelago filled with hidden cultural gems, and my recent trip to Solo—officially known as Surakarta—was a beautiful reminder of just how rich and diverse the country truly is. Nestled in Central Java, Solo is a city that embraces its royal heritage while moving steadily into the future. But what made this journey even more special was the chance to explore Karanganyar, a neighboring area in the Solo Raya region, where tradition and innovation come together in the most delicious way.

Solo: Where Tradition Lives On

My journey began in the heart of Solo. From the moment I arrived, I could feel the city’s strong cultural identity. The streets were lined with batik shops, traditional markets, and historical sites like Keraton Surakarta (the royal palace) and Pura Mangkunegaran. Everywhere I went, I was greeted with warmth and hospitality, and it was clear that Solo’s cultural roots run deep.

What struck me most was how the city balances old and new. You can witness a wayang kulit (shadow puppet) performance one moment and sip coffee in a hip modern café the next. Solo feels like a city that knows exactly who it is—and is proud of it.

A Short Trip to Karanganyar: A Tempeh Experience

Just a short drive from Solo, I headed east toward Karanganyar, a peaceful area known for its natural beauty and agricultural life. But I wasn’t here just for the views—I came to visit a tempeh production site that collaborates with Rumah Tempe Indonesia, a center for tempeh innovation.

Tempeh has always been part of the Indonesian culinary soul, but what I saw here was next-level. Rumah Tempe Indonesia supports small producers with knowledge, technology, and standards to make high-quality, hygienic, and sustainable tempeh. It’s not just about making food—it’s about preserving a cultural legacy while improving food security and nutrition.

At the production site, I had the chance to see the fermentation process up close. From soaking the soybeans to the final wrapping stage, the attention to detail was inspiring. What impressed me most was how this small-scale operation was empowered by Rumah Tempe Indonesia to meet international food safety standards without losing its traditional essence.

More Than Just a Food Tour

This wasn’t just a foodie trip—it was a cultural experience. Tempeh is more than a protein source here; it’s a way of life, a community effort, and a symbol of sustainability. Learning how something so humble can become a global innovation was eye-opening.

As I left Karanganyar and returned to Solo for the evening, I carried more than just souvenirs—I took with me a deeper appreciation of local wisdom, innovation, and the spirit of collaboration.

Final Thoughts

If you’re looking for a travel experience that offers more than just sightseeing, I highly recommend exploring Solo and its surrounding areas. Whether you’re a culture lover, a history enthusiast, or a food explorer, there’s something incredibly grounding about being in a place where heritage is honored, and the future is nurtured.

And next time you eat tempeh—remember, it may have come from a small town in Java with a big vision for the world.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kewirausahaan : Teori Life Path Change

Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak memali proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh: a.       Negative displacement       Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.        Banyaknya hambatan yang dialami keturunan Cina untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada kondisi seperti ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung p...

Kalau saja aku mampu-Fiersa Besari

Puisi karya Fiersa Besari Marry me? via unplash Kalau saja aku mampu, sudah kukejar langkahmu agar kita dapat berjalan berdampingan. Kalau saja aku mampu, sudah kuhiasi hari-harimu dengan penuh senyuman. Kalau saja aku mampu, sudah kutemani dirimu saat dirundung kesedihan. Kalau saja aku mampu, sudah kupastikan bahwa aku pantas untuk kau sandingkan. Kalau saja aku mampu, sudah kubalikkan waktu agar saat itu tak jadi mengenalmu. Kalau saja aku mampu, sudah kuarungi hariku tanpa harus memikirkanmu. Kalau saja aku mampu, sudah kutarik jiwaku yang ingin berada di sebelahmu. Kalau saja aku mampu, sudah kuminta hatiku agar berhenti merasakanmu. Tapi, aku mampu untuk memandangimu dari kejauhan tanpa pernah berhenti mendoakan. Aku juga mampu menjadi rumah untukmu, menunggumu yang tak tahu arah pulang. Sungguh aku mampu merindukanmu tanpa tahu waktu, tanpa sedikitpun alasan. Untukmu, aku mampu. Karena kau pantas dengan semua pengorbanan. " Rasa yang tidak t...

Kewirausahaan : Tujuan Pembentukan Wirausaha

      Teori-teori diatas sudah menjelaskan mengenai bagaimana proses seseorang dapat menjadi wirausaha. Walau teori tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat teori tersebut saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tersebut dapat menjadi model tahapan pembentukan yang sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut adalah: Deficit equilibrium Seseorang merasa adanya kekurangan dalam dirinya dan berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tersebut tidak harus berupa materi saja, namun dapat juga berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, standar internal, dan lain-lain). Deficit equilibrium dapat pula terjadi karena berubahnya jalur hidup, seperti jika seseorang mendapat tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta mendapat dukungan dari orang lain (Shapero & Sokol, 1982). Pengambilan keputusan menjadi wirausaha Perasaan kekurangan mendorong dia untuk mencari pemecahannya , untuk itu dia me...